Fungsi Kulit Sebagai Pengatur Suhu Tubuh
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.
Di samping itu di dalam kulit juga terdapat reseptor berbagai macamsensasi, sati di antaranya oleh termoreseptor. Bagaimana kulit berperan sebagai pengatur suhu, dapat dijelaskan sebagai berikut.
Bila tubuh merasa panas, ada kecendrungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke lingkungan; bila tubuh merasa dingin, maka kecendrungannya menurunkan kehilangan panas. Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi – konveksi sangat di tentukan oleh perbadaan suhu antara kilit dan lingkungan eksterna. Bagian pusat tubuh merupakan ruang yang memiliki suhu yang di jaga tetap sekitar 37 derajat selsius.
Mengelilingi pusat tubuh adalah lapisan kulit dimana terjadi pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan luar. Dalam usaha memelihara kekonstanan suhu pusat tubuh, kapasitas insulatif dan suhu kulit dapat di atur ke berbagai gradient suhu antara kulit dan lingkungan eksterna, dengan cara demikian mempengaruhi tingkat kehilangan panas.
Kapasitas insulatif kulit dapat di ibah-ubah dengan mengontrol jumlah darah yang mengalir melalui kulit. Darah yang mengalir ke kulit melayani 2 fungsi. Pertama, menyediakan pasok makanan ke kulit. Kedua, karena darah di pompa ke kulit dari jantung, maka darah membawa panas dari pusat tubuh ke kulit. Aliran darah ke kulit terutama berfungsi meregulasi suhu. Pada suhu kamar yang normal, 20-30 lebih darah mengalir melaluikulit untuk keperluan nutrisi.
Pada proses termoregulasi, aliran darah kulit dapat sangat berubah-ubah, dari 400 ml sampaI 2.500 ml/menit. Lebih banyak darah mencapai kulit dari pusat tubuh yang panas, maka suhu kulit lebih dekat ke suhu pusat. Pembuluh darah kutaneus menghadapi keefektivan kulit sebagai suatu insulator dengan membawa panas ke permukaan, dimana suhu ini dapat hilang dari tubuh melalui radiasi dan konduksi – konveksi. Jadi, vasodilatasi pembuluh darah kulit, yang memungkinkan peningkatan peningkatan aliran darah panas ke kulit, akan meningkatkan kehilangan panas. Sebaliknya vasokontriksi pembuluh darah kulit mengurangi aliran darah ke kulit, dengan demikian menjaga suhu pusat tubuh konstan,dimana darah diinsulasi dari lingkungan eksternal, jadi menurunkan kehilangan panas.
Bagaimanapun, kulit bukan merupakan insulator yang sempurna, bahkan dengan vasokonstriksi yang maksimum. Meskipun aliran darah ke kulit minimal, sebagian panas tetap di transfer melalui konduksi dari organ lebih dalam ke permukaan kulit dan kemudian di lepaskan dari kulit ke lingkungan.
Respon-respon vasomotor kulit ini dikoordinasi oleh hipotalamus melalui jalur system saraf simpatik. Aktifitas simpatik yang di tingkatkan ke pembuluh kutaneus menghasilkan penghematan panas vasokonstiksi untuk merespon suhu dingin,sedangkan penurunan aktivitas simpatetik menghasilkan kehilangan panas vasodilatasi pembuluh darah kulit sebagai respon terhadap suhu panas.
Kulit sebagai orga pengatur panas. Suhu tubuh seseorang adalah tetap, meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini dipertahankan karena penyusaian antara panas yang hilang dan panas yang dihasilkan, yang diatur oleh pusat pengatur panas. Pusat ini segera menyadari bila ada perubahan pada panas tubuh, karena suhu darah yang mengalir melalui medulla oblongata. Suhu normal ( sebelah dalam ) tubuh, yaiti suhu visera dan otak adalah 36-37C. Suhu kulit sedikit lebih rendah.
Persyarafan vaso-motortik mengendalikan anterior kutan dengan 2 cara, yaitu vaso-dilatasi dan vaso-kontriksi. Pada vas -dilatasi anteriol memekar, kulit menjadi lebih panas, dan kelebihan panas cepat terpancar dan hilang, dan juga hilang karena kelenjar keringat bertambah aktif, dan karena itu terjadi penguapan cairan dari permukaan tubuh. Pada vaso-kontriksi pembuluh darah dalam kulit mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, keringat hampir dihentikan, dan hilangnya panas dibatasi.
Dengan pengendalian ini pelepasan panas ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan tubuh. Kulit adalah organ utama yang berurusan dengan.
Panas dilepas oleh kulit dengan berbagai cara yaitu:
Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit
a. Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 – 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh.
b. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
c. Evaporasi
Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.
d. Konveksi
Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan. Misalnya pada waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akanmenjadi dipanaskan (dengan melalui konduksi dan radiasi) kurang padat, naik dan diganti udara yang lebih dingin. Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas.
Di samping itu di dalam kulit juga terdapat reseptor berbagai macamsensasi, sati di antaranya oleh termoreseptor. Bagaimana kulit berperan sebagai pengatur suhu, dapat dijelaskan sebagai berikut.
Bila tubuh merasa panas, ada kecendrungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke lingkungan; bila tubuh merasa dingin, maka kecendrungannya menurunkan kehilangan panas. Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi – konveksi sangat di tentukan oleh perbadaan suhu antara kilit dan lingkungan eksterna. Bagian pusat tubuh merupakan ruang yang memiliki suhu yang di jaga tetap sekitar 37 derajat selsius.
Mengelilingi pusat tubuh adalah lapisan kulit dimana terjadi pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan luar. Dalam usaha memelihara kekonstanan suhu pusat tubuh, kapasitas insulatif dan suhu kulit dapat di atur ke berbagai gradient suhu antara kulit dan lingkungan eksterna, dengan cara demikian mempengaruhi tingkat kehilangan panas.
Kapasitas insulatif kulit dapat di ibah-ubah dengan mengontrol jumlah darah yang mengalir melalui kulit. Darah yang mengalir ke kulit melayani 2 fungsi. Pertama, menyediakan pasok makanan ke kulit. Kedua, karena darah di pompa ke kulit dari jantung, maka darah membawa panas dari pusat tubuh ke kulit. Aliran darah ke kulit terutama berfungsi meregulasi suhu. Pada suhu kamar yang normal, 20-30 lebih darah mengalir melaluikulit untuk keperluan nutrisi.
Pada proses termoregulasi, aliran darah kulit dapat sangat berubah-ubah, dari 400 ml sampaI 2.500 ml/menit. Lebih banyak darah mencapai kulit dari pusat tubuh yang panas, maka suhu kulit lebih dekat ke suhu pusat. Pembuluh darah kutaneus menghadapi keefektivan kulit sebagai suatu insulator dengan membawa panas ke permukaan, dimana suhu ini dapat hilang dari tubuh melalui radiasi dan konduksi – konveksi. Jadi, vasodilatasi pembuluh darah kulit, yang memungkinkan peningkatan peningkatan aliran darah panas ke kulit, akan meningkatkan kehilangan panas. Sebaliknya vasokontriksi pembuluh darah kulit mengurangi aliran darah ke kulit, dengan demikian menjaga suhu pusat tubuh konstan,dimana darah diinsulasi dari lingkungan eksternal, jadi menurunkan kehilangan panas.
Bagaimanapun, kulit bukan merupakan insulator yang sempurna, bahkan dengan vasokonstriksi yang maksimum. Meskipun aliran darah ke kulit minimal, sebagian panas tetap di transfer melalui konduksi dari organ lebih dalam ke permukaan kulit dan kemudian di lepaskan dari kulit ke lingkungan.
Respon-respon vasomotor kulit ini dikoordinasi oleh hipotalamus melalui jalur system saraf simpatik. Aktifitas simpatik yang di tingkatkan ke pembuluh kutaneus menghasilkan penghematan panas vasokonstiksi untuk merespon suhu dingin,sedangkan penurunan aktivitas simpatetik menghasilkan kehilangan panas vasodilatasi pembuluh darah kulit sebagai respon terhadap suhu panas.
Kulit sebagai orga pengatur panas. Suhu tubuh seseorang adalah tetap, meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini dipertahankan karena penyusaian antara panas yang hilang dan panas yang dihasilkan, yang diatur oleh pusat pengatur panas. Pusat ini segera menyadari bila ada perubahan pada panas tubuh, karena suhu darah yang mengalir melalui medulla oblongata. Suhu normal ( sebelah dalam ) tubuh, yaiti suhu visera dan otak adalah 36-37C. Suhu kulit sedikit lebih rendah.
Persyarafan vaso-motortik mengendalikan anterior kutan dengan 2 cara, yaitu vaso-dilatasi dan vaso-kontriksi. Pada vas -dilatasi anteriol memekar, kulit menjadi lebih panas, dan kelebihan panas cepat terpancar dan hilang, dan juga hilang karena kelenjar keringat bertambah aktif, dan karena itu terjadi penguapan cairan dari permukaan tubuh. Pada vaso-kontriksi pembuluh darah dalam kulit mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, keringat hampir dihentikan, dan hilangnya panas dibatasi.
Dengan pengendalian ini pelepasan panas ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan tubuh. Kulit adalah organ utama yang berurusan dengan.
Panas dilepas oleh kulit dengan berbagai cara yaitu:
- Dengan penguapan, jumlah keringat yang dibuat tergantung dari banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah kulit.
- dengan pemancaran, panas yang dilepas ke udara sekitarnya.
- dengan konduksi, panas dialihkan ke benda yang disentuh, seperti pakaian.
- dengan konveksi ( pengaliran ) karena mengalirnya udara yang telah panas, maka udara yang menyentuh permukaan tubuh diganti dengan udara yang lebih dingin.
Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit
a. Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 – 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh.
b. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
c. Evaporasi
Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.
d. Konveksi
Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan. Misalnya pada waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akanmenjadi dipanaskan (dengan melalui konduksi dan radiasi) kurang padat, naik dan diganti udara yang lebih dingin. Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas.
Posting Komentar untuk "Fungsi Kulit Sebagai Pengatur Suhu Tubuh"